SAMPIT – Festival Tari Kreasi Daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) yang di selenggarakan untuk meramaikan Expo 2017 resmi ditutup, Selasa (25/4/2017) malam.

Setelah 21 peserta tari kreasi daerah selesai, tibalah penilaian para juri. Mereka menilai masih ada yang kurang dalam penampilan mereka dan harus diperbaiki lagi.

Rohansyah salah satu Juri yang merupakan satu dari sekian tokoh seniman pemuda dan entertain yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengatakan sebelum pembacaan para pemenang tari kreasi daerah Kalteng mengatakan hasil dari keputusan untuk para pemenang tidak ada hubungan dengan Dinas Pariwisata atau ikut campur dalam penilaian yang juara.

“Ini merupakan keputusan dari kami para juri. Dari penilaian para penari ini ada konsep penilaian tersendiri yaitu dari 6 kolom, seperti bagus di musik tapi di kostum tidak, gerakan bagus meck up kurang. Untuk penilaian tidak ada pemaksaan dari pihak mana pun ini merupakan penilain kami para juri,” ucap Rohansyah.

Dia juga menambahkan kepada seluruh para peserta penari agar memperhatikan sinopsis tari yang mereka bawakan, dan jangan asal membuat sinopsis untuk tari yang akan di tampilakan.

“Saya mengimbau kepada adek-adek agar kalau membawa tari daerah jangan asal-asalan. Tanyakan pada orang tua atau sesepuh seperti apa cara membuat koreografi yang bagus. Misalkan membawakan tari sinopsisnya yang seram atau mistis, tapi pakainnya yang mewah-mewah, modern seharusnya harus ikut mistis juga agar sinopsis yang di bawakan sesuai juga dengan kostum yang di pakai,” imbau Rohansyah.

Wilbertus Wilson M,M salah satu juri dari Dinas Pariwisata Provinsi Kalteng juga menambahkan dia sudah kesekian kalinya di berikan kesempatan untuk mengapresiasi, dan serta memberikan penilaian terhadap kesenian di Kotim

“Dari sisi kualitas sangat banyak kemajuannya dilihat dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama Dari aspek pola lantai, aspek kostum, aspek bodi, painting, tato dan bodi yang kurang hanya diproperti. Ingat properti sangat mendukung di tema cerita yang kita angkat, karena sinopsis properti juga dapat mendukung penampilan,” terangnya.

Ditambahkan bahwa tari seni kreasi mengutamakan pengembangan dan juga penyajian dan dalam hal penyajiannya sampit sudah luar biasa berkembang. Banyak sekali tema sosial dari 21 peserta yang di tampilkan seoerti tema sakral, sosial, budaya dan lain sebaginya.

Kemudian untuk penyajian juga masih harus di tambah lagi. Ada pola yg harus di perlihatkan, nilai keadaban harus di jaga, dan jangan sampai tema yang di angkat jangan sampai menyakiti hati masyarakat “Dan properti jangan sampai dapat melukai penonton, saya salut untuk generasi pemuda-pemudi Kotim,” tutup Wilbertus

(im/beritasampit.co.id)